Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

This Theme From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 20 Maret 2010

Berwudhu Di Kamar Mandi

Tanya: Assalamu'alaikum. Ustadz, ana mau tanya, bolehkah kita berwudhu di kamar mandi? (Indrawan Saputra)


Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.
Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, washshalaatu wassalaamu 'alaa rasulillaah khairil anbiyaa'I wal mursaliin wa 'alaa 'aalihii wa shahbihii ajma'iin. Amma ba'du:

Boleh berwudhu di dalam kamar mandi, apabila aman dari percikan najis.
Berkata Komite Tetap Untuk Riset llmiyyah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia:
إذا وضع حائل بين الماء الذي ينزل من الصنبور وبين محل النجاسة بحيث إن الماء إذا نزل على الأرض تكون هذه الأرض طاهرة فلا مانع من الوضوء والاستنجاء
"Apabila ada batas antara kran air dan antara tempat najisnya sehingga air turun ke tempat yang suci maka tidak mengapa berwudhu dan istinja' (di dalam kamar mandi tersebut)" (Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daaimah 5/86)
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullahu:
يجوز الوضوء في الحمام ولا حرج فيه ولكن ينبغي للإنسان أن يتحفظ من إصابة النجاسة له فإذا تحفظ من ذلك فليتوضأ في أي مكان كان
"Boleh berwudhu di kamar mandi dan tidak masalah, akan tetapi hendaknya menjaga diri dari ditimpa najis, apabila bisa terjaga dirinya dari najis maka silakan dia berwudhu dimana saja" (http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_1637.shtml)
Beliau rahimahullahu juga berkata:

يجوز للإنسان أن يتوضأ في المكان الذي تخلى فيه من بوله أو غائطه لكن بشرط أن يأمن من التلوث بالنجاسة بأن يكون المكان الذي يتوضأ فيه جانباً من الحمام بعيداً عن مكان التخلي أو ينظف المكان الذي ينزل فيه الماء من الأعضاء في الوضوء حتى يكون طاهراً نظيفاً
"Boleh bagi seseorang berwudhu di tempat dia buang air kecil dan buang air besar, dengan syarat aman dari percikan najis, yaitu tempat wudhunya jauh dari tempat buang air, atau dibersihkan dahulu tempat turunnya air dari anggota badan sehingga menjadi bersih dan suci" (http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_1096.shtml)

Hadits-hadits Tentang Adzan dan Iqamah di Telinga Bayi

Hadits yang pertama lengkapnya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَالَا أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ

Rawi:
1. Muhammad bi Basysyar
2. Yahya bin Sa'id dan 'Abdurrahman bin Mahdi
3. Sufyan
4. 'Ashim bin 'Ubaidillah
5. 'Ubaidullah bin Abi Rafi'
6. Bapak 'Ubaidullah bin Abi Rafi'

Artinya:" Bapak 'Ubaidullah bin Abi Rafi' berkata:"Aku telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin 'Ali ketika Fathimah telah melahirkannya dengan adzan Shalat".

Hadits ini riwayat at-Tirmidzi (No.1436) dan beliau berkata hasan shahih

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنِي عَاصِمُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ

Rawi:
1. Musaddad
2. Yahya
3. Sufyan
4. 'Ashim bin 'Ubaidillah
5. 'Ubaidullah bin Abi Rafi'
6. Bapak 'Ubaidullah bin Abi Rafi'

Riwayat Abu Dawud (No. 4441) dan beliau tidak berkomentar apa-apa.

Arti hadits sama dengan riwayat at-Tirmidzi. Terdapat pula riwayat-riwayat dari kitab-kitab hadits yang lain akan tetapi kembalinya kepada 'Ashim.

Permasalahan dalam hadits ini adalah pada rawi no. 4 yang bernama 'Ashim bin 'Ubaidillah, lengkapnya 'Ashim bin 'Ubaidillah bin 'Ashim bin 'Umar bin al-Khattab sehingga beliau adalah salah satu cicit sahabat 'Umar radhiallah 'anhu.
Komentar para ulama hadits dan jarh wa ta'dil (saya ambil dari Tahdzib at-Tahdzib oleh al-Hafidz Ibnu Hajar, no. 79 ):

'Ali bin al-Madini berkata, aku telah mendenganr Abdurrahman menginkari haditsnya ('Ashim) dengan pengingkaran yang sangat.
Ya'kub bin Syaibah berkata dari Ahmad: Haditsnya ('Ashim) dan hadits Ibnu 'Aqil "Ilaa adh-dha'fi maa huw" (maknanya haditsnya lemah)
Ibnu Ma'in berkata: lemah
Ibnu Sa'ad berkata: Dia banyak haditsnya dan tidak boleh digunakan sebagai hujjah
al-Jauzajani berkata: Ibnu 'Uyainah mengkritik hafalannya
Ya'qub bin Syaibah berkata: orang-orang menilainya dan hadits-haditsnya lemah dan dia mempunyai hadits-hadits munkar
Ibnu Numair berkata : 'Ashim munkar
Abu Hatim berkata: Haditsnya munkar, mudhtharib dan tidak ada yang bisa dijadikan pegangan
al-Bukhari berkata : Haditsnya munkar
dan masih banyak kritikan-kritikan dari para Ulama hadits tentang diri 'Ashim ini,
semuanya mengkritik dari sisi hafalannya. Kemudian sebagian membolehkan menulis haditsnya sebagian tidak membolehkan menulist haditsnya.
Silakan dirujuk Tahdzib at-Tahdzib no 79.

al-Hafidz Ibnu Hajar al-'Asqalani menyimpulkan dalam Taqrib at-Tahdzib bahwa 'Ashim ini "dha'if" yaitu lemah
derajat lemah ini berarti beliau boleh ditulis haditsnya.

Dari sini nampak dari sisi sanad terdapat rawi yang lemah sehingga secara sanad, hadits ini sanadnya lemah.
Kemudian beberapa Ulama menghasankan hadits ini seperti at-Tirmidzi yang berkata haditsnya hasan shahih.

Kemungkinan beliau mengangkat hadits ini ke derajat hasan karena ada beberapa riwayat yang semakna yang mungkin bisa dijadikan penguat.
Penguat-penguat tersebut di antaranya

Hadits kedua lengkapnya:

حدثنا جبارة ، حدثنا يحيى بن العلاء ، عن مروان بن سالم ، عن طلحة بن عبيد الله ، عن حسين قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من ولد له فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى لم تضره أم الصبيان »

Rawi:
1. Jabbarah
2. Yahya bin al-'Alaa'
3. Marwan bin Salim
4. Thalhah bin 'Ubaidillah
5. Husain

Artinya: "Barang siapa mempunyai anak kemudian mengadzani di telinganya yang kanan dan iqamat di telinga yang kiri maka Ummu Shibyan (sejenis Jin) tidak bisa mencelakakannya"
Hadits ini dikeluarkan olah Abu Ya'laa al-Maushili dalam Musnadnya no 6634, sedang riwayat Ibnu Sunny saya belum menemukannya. Al-Albani dalam Silsilah Hadits Dha'if wa Maudhu' no 321 menyatakan bahwa riwayat Ibnu Sunny ini sama jalurnya dengan riwayat Abu Ya'laa ini.
Hadits semakna dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no 8370 dari jalur riwayat yang sama dengan sanad nazil. al-Baihaqi kemudian melemahkannya.
Kalau betul lemah maka tentu bisa menjadi dasar untuk menguatkan hadits yang pertama menjadi hasan lighairihi tentang syari'at adzan, sedang iqamat masih tetap dalam kelemahannya.
Apakah hadits ini lemah? atau bahkan lebih lemah atau sampai palsu? kita lihat rawi2nya.

Yahya bin al-'Alaa'
al-Hafidz berkata dalam Taqrib at-Tahdzib no 7618 "rumiya bi al-wadh'i" yakni dituduh memalsukan hadits
beliau berkesimpulan seperti itu berdasarkan apa yang ada di Tahdzib at-Tahdzib no 427. yakni:

al-Imam Ahmad bin Hambal berkata : Dia memalsukan hadits
an-Nasa'i dan ad-Daruquthni berkata: Haditsnya matruk (ditinggalkan)
begitu juga ulama hadits yang lain mengkritiknya dari sekedar lemah sampai memalsukan hadits
maka kesimpulan al-Hafidz Ibnu Hajar sungguh kuat.

Dari satu rawi ini saja sudah menunjukkan bahwa hadits ini tidak bisa jadi penguat sama sekali, karena syarat penguat setidaknya sekedar lemah saja bukan hadits yang ada rawi yang dituduh memalsukan hadits.

Ini belum Marwan bin Salim yang mana al-Albani juga menyatakan bahwa dia memalsukan hadits (Silsilah Hadits Dha'if wa Maudhu' no 321)

Kemungkinan masih ada hadits lain yakni

Hadits yang ketiga lengkapnya:

وأخبرنا علي بن أحمد بن عبدان ، أخبرنا أحمد بن عبيد الصفار ، حدثنا محمد بن يونس ، حدثنا الحسن بن عمرو بن سيف السدوسي ، حدثنا القاسم بن مطيب ، عن منصور ابن صفية ، عن أبي معبد ، عن ابن عباس ، أن النبي صلى الله عليه وسلم : أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد ، فأذن في أذنه اليمنى ، وأقام في أذنه اليسرى

Rawi
1. 'Ali bin Ahmad bin 'Abdan
2. Ahmad bin 'Ubaid ash-Shafar
3. Muhammad bin Yunus
4. al-Hasan bin ‘Amru bin Saif as-Sadusi (di maktabah syamilah ‘Umar bukan ‘Amru, Amru’ adalah versi cetak)
5. al-Qasim bin Muthayyib
6. Manshur bin Shafiyah
7. Abi Ma'bad
8. Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma

Artinya:"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin 'Ali pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri"

Hadits diriwayatkan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 8371, beliau melemahkannya.
Apakah kelemahannya ini bisa dijadikan penguat? kita lihat kualitas rawi-rawinya

Dari rawi-rawi tersebut yang membuat hadits ini sangat lemah atau mendekati maudhu’ adalah
al-Hasan bin ‘Amru bin Saif

al-Hafidz berkata dalam Tahdzib at-Tahdzib no 538

al-Bukhari berkata: Kadzdzab yakni pendusta
ar-Razi berkata: Matruk yakni ditinggalkan
sehingga al-Hafidz berkesimpulan bahwa al-Hasan ini matruk (Taqrib at-Tahdzib no 1269)

kalau ada satu rawi yang matruk maka tidak ada pengaruhnya kualitas rawi-rawi yang lain sehingga hadits ini tidak bisa dijadikan penguat.

Kesimpulan saya:
Hadits pertama adalah dha’if atau lemah
dan tidak bisa diangkat menjadi hasan karena kedua penguat derajatnya maudhu’ atau mendekati maudhu’.
Ini adalah kesimpulan al-Albani dalam silsilah hadits dha’if wa maudhu’
setelah sebelumnya sempat menghasankannya dalam kitab-kitab beliau sebelum.
Ini adalah salah satu taraju’ (mencabut ijtihad yang lami ke baru) dari beliau.

Silakan disimpulkan sendiri dari uraian di atas.

Note: semua referensi saya ambil dari Maktabah Syamilah, sebagian saya cross check dengan edisi cetak yang telah di pdf kan

ALLAH A’lam

Dukun dan Tukang Ramal Budak Setan

Sangatlah mengherankan, ternyata dari kalangan manusia ini ada yang menjadi murid sekaligus kaki tangan setan, siap menuruti segala petuahnya serta siap menjadi hamba dan budaknya. Dengan sikap ini, dia lancarkan segala manuver penyesatan yang dilakukan oleh musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan musuh kaum mukminin, pemimpin kejahatan, iblis la’natullah. Mereka adalah dukun dan tukang ramal.

Melalui murid, sang guru mendapatkan banyak peluang untuk melakukan penipuan dan penyesatan. Bahkan sang guru telah menciptakan kondisi yang seolah-olah umat ini tergantung dan tidak bisa terlepas dari dukun dan tukang ramal. Rumah panggung yang sudah reot dipadati pengunjung dari berbagai penjuru, yang semuanya ingin mengadukan nasib hidupnya. Padahal si dukun atau tukang ramal itu sendiri tidak mengetahui nasib dirinya. Karena jika dia mengetahui nasib hidupnya niscaya dia akan bisa mengubah nasibnya sendiri serta istri dan anaknya. Kedustaan menjadi senjatanya yang paling ampuh. Kekufuran menjadi baju dan selimutnya. Ilmu ghaib menjadi sandaran petuahnya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Al-Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)

As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling besar dalam merincikan luasnya ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mencakup seluruh perkara ghaib. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan sebagiannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Namun kebanyakan perkara ghaib itu disembunyikan ilmunya dari malaikat yang dekat maupun para rasul yang diutus, lebih-lebih dari selain mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui segala yang ada di daratan berupa berbagai macam hewan, pohon, pasir, kerikil, dan debu. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengetahui segala yang ada di lautan berupa berbagai macam hewan laut, segala macam tambang, ikan dan segala yang terkandung di dalamnya serta air yang meliputinya…

Jika semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir, berkumpul untuk mengetahui sebagian sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya mereka tidak akan sanggup dan tidak akan mencapainya. Maka Maha Suci Allah Rabb yang Mulia, Maha Luas, Maha mengetahui, Maha terpuji, Maha Mulia, dan Maha menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup memuji-Nya. Dia adalah sebagaimana Dia puji Diri-Nya, dan di atas segala pujian hamba-hamba-Nya. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala mencakup segala sesuatu dan bahwa kitab-Nya (Lauh Al-Mahfuzh) yang tertulis mencakup segala kejadian.” (Tafsir As-Sa’di, 1/259)

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada beliau agar menyerahkan semua urusannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga memerintahkan agar beliau memberitakan tentang dirinya bahwa dia tidak mengetahui perkara ghaib. Tidaklah beliau mengetahui perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/523]

Jika imam para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui perkara ghaib, apakah kemudian selain beliau patut untuk mengilmuinya dan menjadikannya sebagai sandaran petuah? Apakah selain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa menguasainya sementara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak? Tentu ini adalah bentuk kedangkalan akal dan kerusakan fitrah.

Mengenal Lebih Dekat Dukun dan Arraf

‘Arraf merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata ‘arif. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa ‘arraf itu sama dengan kahin (dukun) yaitu orang yang memberitahukan tentang sesuatu yang akan datang. Sebagian yang lain mengatakan ‘arraf adalah nama umum dari kata kahin, dukun, munajjim, rammal, dan selainnya, yaitu orang yang berbicara tentang sesuatu yang ghaib dengan tanda-tanda yang dia pergunakan.

Di antara alat yang dipergunakan untuk mengetahui perkara yang ghaib adalah: pertama, melalui kasyf (baca: terawangan); dan kedua, melalui setan. Al-Imam Al-Baghawi rahimahullahu mengatakan: “Arraf adalah orang yang mengaku mengerti suatu benda atau barang yang dicuri, tempat hilangnya, atau selainnya, dengan tanda-tanda tertentu.”

Kahin (dukun) adalah orang yang memberitahukan tentang terjadinya suatu perkara ghaib pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, orang yang memberitahukan apa yang ada di dalam hati. (Lihat Majmu’ Fatawa, 35/173)

Walhasil, ‘arraf dan kahin adalah orang yang mengambil ilmu dari mustariqus sama’ (para pencuri berita dari langit) yaitu para setan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan dalam sebuah hadits tentang cara pengajaran ilmu perdukunan oleh setan:

إِذَا قَضَى اللهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خضَعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعَ وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضَهُ فَوْقَ بَعْضٍ -وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِكَفِّهِ فَحَرَّفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ- فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ حَتَّى يُلْقِيهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كِذْبَةٍ فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذا كَذَا وَكَذَا؟ فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سُمِعَ مِنَ السَّمَاءِ

Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain -Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya-. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka terkena bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum terkena bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: “Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian?” Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu.” (HR. Al-Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anahu)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menandaskan sebuah kedok dan sekaligus topeng mereka yang dipergunakan untuk menipu umat, yaitu satu kali benar dan seratus kali berdusta. Dengan satu kali benar itu, dia melarismaniskan seratus kedustaan yang diciptakannya. Dan kedustaannya itu tidak dibenarkan melainkan karena satu kalimat tersebut. (Lihat Tafsir As-Sa’di, 1/700 dan Al-Qaulus Sadid hal. 71)

Inilah sesungguhnya tujuan setan mencuri kebenaran dari langit, yaitu menipu manusia dan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan serta mengaburkan kebenaran tersebut dengan kebatilan. Jika mereka membawa kebatilan yang murni, niscaya tidak ada seorang pun membenarkannya. Namun jika mereka mencampurkan kebatilan itu dengan sedikit kebenaran, akan menjadi fitnah (ujian) bagi orang yang lemah iman dan akalnya. (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid 1/408)

Ada tiga keadaan terkait dengan guru-guru dukun dan tukang ramal, yaitu para pencuri kebenaran dari langit:

Pertama: Sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jumlah mereka banyak sekali.

Kedua: Setelah diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kondisi ini, tidak pernah terjadi pencurian berita dari langit. Kalaupun terjadi, itu jarang dan bukan dalam hal wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga: Setelah beliau meninggal dunia. Kondisinya kembali kepada kondisi pertama, namun lebih sedikit dari kondisi sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tamhid Syarah Kitab At-Tauhid, 1/447)

Benarkah Dukun dan Tukang Ramal Mengetahui Nasib alias Hal Ghaib?

Permasalahan perkara ghaib, ilmunya hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Tidak ada sedikit pun ilmunya di tangan manusia. Jika ada orang yang mengaku mengerti ilmu ghaib berarti dia telah berdusta dan telah melakukan kekafiran yang nyata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (Al-An’am: 59)

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)

إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Luqman: 34)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا

“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin: 26-28)

Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan masalah ini, baik di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Ilmu ghaib … sebuah sifat yang khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan semua yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perkara ghaib adalah pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata-mata dari beliau.” (Fathul Bari, 9/203)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari ketika diri beliau dianggap mengetahui perkara ghaib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dari Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra radhiyallahu ‘anaha. Dia berkata: “Tatkala Rasulullah walimatul ‘urs denganku, beliau duduk seperti duduknya dirimu (maksudnya perawi, red.) di hadapanku. Mulailah budak-budak wanita memukul (duff/semacam rebana) dan berdendang tentang ayah-ayah mereka yang terbunuh pada perang Badr. Di saat itu, salah seorang mereka berkata: ‘Dan di tengah kami ada seorang Nabi, yang mengetahui perkara esok hari.’ Beliau lalu berkata: ‘Tinggalkan ucapan ini! Katakanlah seperti ucapan yang telah engkau ucapkan’.”

Hadits ini menunjukkan, tidak benar jika seseorang berkeyakinan bahwa seorang nabi, wali, imam, atau syahid, mengetahui perkara ghaib. Sampai pun di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keyakinan ini tidak boleh terjadi.” (Risalatut Tauhid, 1/77)

Pembaca yang budiman. Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai imam para nabi dan rasul tidak mengerti perkara ghaib, apakah masuk akal jika selain mereka dapat mengetahuinya? Dari sini jelaslah bahwa pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah sebuah kedustaan yang nyata. Tampilnya para dukun dan tukang ramal yang mengaku mengerti hal itu merupakan dajjal.

Bolehkah Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal?

Telah jelas dalam pembahasan di depan tentang hakikat dukun, siapa dia dan bagaimana kiprahnya di tengah umat sebagai “jagoan dalam berpetuah” tentang nasib seseorang. Lalu bagaimanakah hukum mendatangi mereka dan bertanya dalam berbagai persoalan kelangsungan hidup, susah atau senang, beruntung atau gagal, celaka atau selamat, dan sebagainya? Telah dibahas oleh para ulama hukum mendatangi mereka:

Pertama: Mendatanginya untuk bertanya tentang sesuatu tanpa membenarkan apa yang dikatakan. Ini termasuk sesuatu yang haram dalam agama. Ancamannya, tidak akan diterima shalatnya 40 malam, sebagaimana dalam hadits:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim no. 2230 dari istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Kedua: Mendatangi mereka untuk bertanya kepadanya dan dia membenarkannya, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا -قَالَ مُوسَى فِي حَدِيثِهِ: فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ؛ ثُمَّ اتَّفَقَا- أَوْ أَتَى امْرَأَةً -قَالَ مُسَدَّدٌ: امْرَأَتَهُ حَائِضًا- أَوْ أَتَى امْرَأَةً -قَالَ مُسَدَّدٌ: امْرَأَتَهُ فِي دُبُرِهَا- فَقَدْ بَرِئَ مِمَّا أَنْزَلَ اللهُ عَلَى مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم

“Barangsiapa mendatangi dukun -Musa (perawi hadits) berkata: lalu dia membenarkan petuah dukun tersebut; kemudian mereka berdua sepakat dalam periwayatannya- atau mendatangi istrinya -Musaddad berkata: istrinya dalam keadaan haid- atau dia mendatangi istrinya -Musaddad berkata: istrinya pada duburnya- maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud no. 9304 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anahu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)

Ketiga: Mendatangi mereka untuk mengujinya apakah dia benar atau dusta sekaligus untuk membongkar kedoknya, memperlihatkan kelemahannya. Tentunya dia memiliki ilmu untuk menilai benar atau dusta. Ini dibolehkan, bahkan terkadang hukumnya wajib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 1289) dan Muslim (no. 2930) bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Ibnu Shayyad: “Apa yang telah datang kepadamu?” “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang kamu lihat?” Dia berkata: “Aku melihat Arsy di atas air.” Beliau bertanya: “Sesungguhnya aku telah merahasiakan sesuatu apakah dia?” Dia berkata: “Dukh, dukh (asap).” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Diamlah. Engkau tidak memiliki kemampuan melainkan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya engkau tidak lebih dari dukun seperti teman-temanmu.” (Lihat Majmu’ Fatawa, 4/186 dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/397)

Jaringan Dukun dan Tukang Ramal serta Silsilah Ilmu Mereka

Telah lewat bahwa perdukunan dan peramalan itu sebuah kekufuran. Untuk mengerti berita tentang orang yang datang bertanya dan tentang barangnya yang dicuri, siapa yang mencurinya, barangnya yang hilang dan di mana tempat hilangnya, di sinilah letaknya kerja sama yang baik antara setan di satu pihak dengan dukun atau tukang ramal di pihak yang lain. Muhammad Hamid Al-Faqi berkata dalam komentarnya dalam kitab Fathul Majid (hal. 353): “Adanya hubungan intim antara qarin dari jin dengan qarin dari manusia, keduanya saling menyampaikan dan mencari berita yang disukai. Qarin dukun dan tukang ramal ini mencari berita dari qarin orang yang datang bertanya, karena setiap manusia memiliki qarin dari kalangan setan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu qarin orang yang bertanya itu memberitahukan kepada qarin dukun atau tukang ramal tersebut segala sesuatu yang merupakan perihal kebiasaan orang yang datang bertanya, dan perihal di rumahnya.”

Orang-orang jahil menduga bahwa ini terjadi dari buah keshalihan atau ketakwaan dan karamah. Dengan kebaikannya, dia telah membuka tabir tentang semuanya. Ini termasuk kesesatan yang paling tinggi dan kehinaan yang paling rendah, meskipun banyak orang telah tertipu bahkan orang yang dikatakan berilmu dan baik.”

Wallahu a‘lam.

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman

Sumber: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=835

Senin, 08 Maret 2010



Penulis : Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam
Harga : Rp.15.000,-
Deskripsi : x + 148 hal. (K)
Tak ada manusia yang tak pernah berbuat dosa; bahkan dosa dan kesalahan adalah kodrat manusia. Andai saja tak pernah ada ampunan, pastilah dosa-dosa telah membinasakan setiap muslim. Tapi andai itu tidak perlu ada, karena rahmat dan kemahabijaksanaan Allah memberikan peluang setiap muslim meraih derajat dan ampunan. Dan untuk itu semua ada jalan besar yang pasti; istighfar (memohon ampunan) dan bersedekah. Dengan istighfar dan sedekah, seorang muslim dapat me-raih berkah hidup yang bertabur kedamaian. Istighfar merupakan bentuk ketundukan kepada perintah, pintu rizki, sebab masuk surga, meraih ampunan, menolak malapetaka, sebab diangkatnya derajat, disucikannya hati, bahkan salah satu sebab seseorang dapat menikmati kesehatan jasmaniah. Sedangkan sedekah meru-pakan penyucian jiwa, pelaksanaan perintah Allah, sebab meraih naungan di Hari Kiamat, memadamkan kermurkaan Allah, menghindarkan dari kebatilan, dan menggugurkan dosa-dosa. Basahilah lidah dengan rangkaian istighfar. Jadilah se-orang yang takwa secara sosial dengan banyak bersedekah. Teladanilah Nabi a yang sekalipun telah diampunai dosa-dosanya yang telah lewat dan yang akan datang, namun beliau beristighfar tidak kurang dari seratus kali dalam sehari semalam, sementara kedermawanan beliau bagaikan angin yang berhembus memenuhi cakrawala. Dalam buku kecil ini anda dapat menyelami kekuatan hebat istighfar dan keajaiban yang ditumbuhkan oleh sedekah.

Gaya Pembalap Dari Berbagai Negara

Berikut gaya-gaya pembalap dari berbagai negara….


Italia

Singapore

German

China

Korea

Malaysia

Dan Inilah………

Indonesia !!!!!!

Mukzizat Allah SWT !!

Inilah Salah Satu Mukzizat Allah SWT !! Mobil Hangus Terbakar, Didalamnya Ada Al-Qur’an Yang Masih Tetap Utuh

4 Maret 2010 · & Komentar

Allah SWT akan selalu menunjukan Kebesarannya kepada kita semua, begitulah yang terjadi pada salah satu tragedi kebakaran mobil beberapa waktu lalu, sebuah Kitab Al-Qur’an yang terdapat didalam mobil tersebut tetap utuh dan tidak hangus sama sekali, Subhanallah… Sungguh maha besar kuasa Allah SWT

Mobil ini Hangus Terbakar

Hampir Semuanya Hangus Terbakar

Tapi Ternyata Ada Satu Benda Yang Tersisa Utuh

Kitab Al-Qur'an Ini Ikut Terbakar, Tapi Isi Kitab Didalamnya Masih Utuh

Secara Logika dan akal Sehat, seharusnya kitab suci Al-Qur’an ini pun Hangus jadi debu. Tapi ya itulah yang terjadi, sekali lagi Allah SWT telah menunjukan kebesaranNYA

Senin, 01 Maret 2010

Tanya-Jawab: Tentang Adzab Kubur (oleh Asy-Syeikh al Utsaimin)

Posted on November 4, 2008 by rhosyied

kuburan-6-300x225 Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : “Apakah adzab kubur itu menimpa jasad ataukah menimpa ruh ?”

Jawab :
Pada dasarnya adzab kubur itu akan menimpa ruh, karena hukuman setelah mati adalah bagi ruh. Sedangkan badannya adalah sekedar bangkai yang rapuh. Oleh karena itu badan tidak memerlukan lagi bahan makanan untuk keberlangsunganya ; tidak butuh makan dan minum, bahkan justru dimakan oleh tanah.Akan tetapi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata bahwa ruh kadang masih bersambung dengan jasad sehingga diadzab atau diberi nikmat bersama-sama. Adapula pendapat lain di kalangan Ahlus Sunnah bahwa adzab atau nikmat di alam kubur itu akan menimpa jasad, bukan ruh.

Pendapat ini beralasan dengan bukti empiris. Pernah dibongkar sebagian kuburan dan terlihat ternyata bekas siksa yang menimpa jasad. Dan pernah juga dibongkar kuburan yang lain ternyata terlihat bekas nikmat yang diterima oleh jasad itu.

Ada sebagian orang yang bercerita kepadaku bahwa di daerah Unaizah ini ada penggalian untuk membuat benteng batas wilayah negeri. Sebagian dari daerah yang di gali itu ada yang bertepatan dengan kuburan. Akhirnya terbukalah suatu liang lahat dan di dalamnya masih terdapat mayat yang kafannya telah dimakan tanah, sedangkan jasadnya masih utuh dan kering belum dimakan apa-apa. Bahkan mereka mengatakan melihat jenggotnya, dan dari mayat itu terhambur bau harum seperti minyak misk.

Para pekerja galian itu kemudian menghentikan pekerjaannya sejenak dan kemudian pergi kepada seorang Syaikh untuk mengutarakan persoalan yang terjadi. Syaikh tersebut berkata, “Biarkan dalam posisi sebagaimana adanya. Hindarilah ia dan galilah dari sebelah kanan atau sebelah kiri !”.

Beralasan dari kejadian-kejadian seperti ini, ulama menyatakan bahwa ruh terkadang bersambung dengan jasad, sehingga siksa itu menimpa ruh dan jasad. Barangkali ini pula yang diisyaratkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kubur itu akan menghimpit orang kafir sehingga remuk tulang-tulang rusuknya”. Ini menunjukkan bahwa siksa itu menimpa jasad, karena tulang rusuk itu terdapat pada jasad. Wallahu A’lam

Pertanyaan :
Apakah adzab kubur menimpa orang mukmin yang bermaksiat ataukah hanya menimpa orang kafir .?

Jawab :
Adzab kubur yang terus menerus akan menimpa orang munafik dan orang kafir. Sedangkan orang mukmin yang bermaksiat bisa juga disiksa di kubur. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, bahwa pernah suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melewati dua kuburan seraya bersabda : “Kedua penghuni kuburan itu diadzab dan keduanya bukannya diadzab lantaran dosa besar. Salah satunya diadzab karena tidak bertabir dari kencing, sedangkan yang satunya suka kesana-kemari mengumbar fitnah (mengumpat)” Kedua penghuni kubur itu jelas orang muslim.

Pertanyaan :
Apakah adzab kubur itu terus menerus ataukah tidak ?

Jawab :
Jika seseorang itu kafir –na’udzu billah– maka tidak ada jalan baginya untuk meraih kenikmatan selama-lamanya, sehingga siksa kubur yang ia terima itu sifatnya terus menerus.

Namun orang mukmin yang bermaksiat, maka di kuburnya ia akan diadzab sesuai dengan dosa-dosa yang dahulu pernah ia perbuat. Boleh jadi adzab yang menimpa lantaran dosanya itu hanya sedikit sehingga tidak memerlukan waktu penyiksaan sepanjang ia berada di alam barzah antara kematiannya sehingga bangkitnya kiamat. Dengan demikian, jelas bahwa adzab yang menimpanya itu terputus, dan bukan selamanya.

Pertanyaan :
Apakah adzab kubur itu bisa diringankan atas orang mukmin yang bermaksiat ?

Jawab :
Memang benar bahwa adzab kubur itu bisa diringankan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melalui dua kuburan lantas berkata,”Kedua penghuni kubur itu di adzab, dan dia diadzab bukan karena dosa besar, tapi hakekatnya juga besar. Salah satunya tidak membersihkan diri atau tidak bertabir dari kencing, sedangkan yang satunya lagi biasa kian kemari menghambur fitnah”. Kemudian beliau mengambil dua pelepah kurma yang masih basah kemudian membelahnya menjadi dua, lalu menancapkannya pada masing-masing kuburan itu seraya bersabda :”Semoga bisa meringankan adzab yang menimpa kedua orang itu selama pelepah itu belum kering”. Ini merupakan satu dalil bahwa adzab kubur itu bisa diringankan, yang menjadi pertanyaan, apa kaifiatnya antara dua pelepah kurma itu dengan diringankannya adzab atas kedua penghuni kubur itu ?

Ada yang memberikan alasan bahwa karena kedua pelepah kurma itu selalu bertasbih selama belum kering, dan tasbih itu bisa meringankan siksaan yang menimpa mayit. Berpijak dari sini ada yang mengambil alasan akan sunnahnya berziarah kubur dan bertasbih di situ untuk meringankan adzab yang menimpa si mayit.

Sedangkan ulama lain menyatakan bahwa alasan seperti ini lemah, karena kedua pelepah kurma itu senantiasa bertasbih, apakah dalam kondisi basah maupun sudah kering. Allah Ta’ala berfirman :

“Artinya : Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka”. [Al-Isra' : 44]

Pernah juga terdengar tasbihnya kerikil oleh Rasulullah, sedangkan kerikil itu kering. Lalu, apa yang menjadi alasan sekarang .? Alasannya, bahwa ; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharap kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar berkenan meringankan adzab yang menimpa kedua orang di atas selama kedua pelepah kurma itu masih basah.

Artinya, waktu permohonan beliau itu tidak lama, hanya sebatas basahnya pelepah kurma. Ini dimaksudkan sebagai ancaman terhadap siapa saja yang melakukan perbuatan seperti kedua mayit yang diadzab itu. Karena sebenarnya dosa yang diperbuat itu termasuk besar. Salah satunya tidak menjaga diri dari kencing. Jika demikian, ia melakukan shalat tanpa adanya kesucian dari najis. Sedangkan yang satunya lagi kian kemari mengumbar fitnah, merusak hubungan baik sesama hamba Allah –na’udzu billah–, serta menghembuskan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Dengan demikian perbuatan yang dilakukan itu berdampak besar.

Inilah alasan yang lebih mendekati. Jadi, itu merupakan syafaat sementara dari beliau dan sebagai peringatan atau ancaman kepada umatnya, dan bukan merupakan kebakhilan beliau untuk memberikan syafaat yang kekal.

[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan]

Filed under: Aqidah muslim

Perihal Pertanyaan Kubur oleh Malaikat

Allah berfirman [artinya]:

‘’Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki’’ (Ibrahim: 27)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra bin ‘Azib radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Apabila seorang muslim ditanya di dalam kubur, maka dia bersaksi babwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Itulah maksud firman Allah, Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dalam kehidupan dunia dan di akhirat’’ (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini pun diriwayatkan oleh Muslim dan sejumlah kelompok orang yang menerima dari hadits Syu'bah juga.

Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Barra bin Azib, dia berkata, ‘’Kami mengantarkan jenazah salah seorang dari kaum Anshar bersama Rasulullah. Kami tiba ke suatu kubur yang belum ditutup lahat. Maka Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam duduk dan kami pun duduk di sekitarnya. Seolah-olah di atas kepala kaini ada burung sedang di kakinya ada kayu yang hendak dijatuhkan ke bumi. Beliau menengadahkan kepalanya lalu bersabda, 'Mintalah perlindungan kepada Allah dari azab kubur.' Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Kemudian beliau melanjutkan, 'Apabila seorang hamba yang beriman meninggalkan dunia dan menghadap akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah putih seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dan membawa beberapa selimut dari surga. Mereka duduk di dekat hamba itu dengan mengarahkan pandangan. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepala hamba seraya berkata, 'Hai nafsu yang baik, keluarlah untuk menuju maghfirah dan keridhaan dari Allah.' Maka nafsu pun keluar mengalir seperti mengalirnya tetesan air dari minuman. Malaikat maut mengambilnya. Tatkala ia mengambilnya, maka para malaikat lain tidak membiarkan nafsu itu berada di tangan malaikat maut sekejap mata pun sehingga mereka mengambilnya lalu meletakkan di dalam kafan dan selimut tersebut. Dari nafsu (ruh) itu keluar semerbak wangi yang lebih harum daripada kesturi yang ada di permukaan bumi. Para malaikat membawanya naik. Tidaklah mereka melintasi suatu kelompok malaikat melainkan mereka berkata, Bau harum apakah itu?' Para malaikat pembawa ruh menjawab, 'Ia adalah bau ruh si fulan bin fulan.' Mereka memanggilnya dengan nama terbaik yang dahulu digunakan di dunia. Akhirnya, sampailah mereka di langit dunia. Mereka meminta dibukakan untuk ruh itu. Lalu dibukakanlah untuknya serta disambutlah oleh setiap malaikat penghuni langit lalu diantarkanlah hingga ke langit berikutnya, hingga sampai di langit ketujuh.’’

Maka Allah Ta'ala berfirman [artinya], ‘’Tuliskanlah catatan hamba-Ku di dalam surga yang tinggi dan kembalikanlah dia ke bumi karena dari bumilah Aku menciptakan mereka dan ke bumilah Aku mengembalikan mereka serta dari bumilah Aku mengeluarkan mereka pada kali yang kedua. Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Kemudian ruh itu dikembalikan ke jasadnya. Ia didatangi oleh dua malaikat lalu mendudukkannya. Kedua malaikat berkata kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Dia menjawab, 'Tuhanku adalah Allah.' Kedua malaikat itu bertanya, 'Apa agamamu?' Dia menjawab,'Agamaku Islam.' Kedua malaikat bertanya,'Siapakah prang yang diutus kepadamu?' Dia menjawab,'Orang itu adalah Rasulullah.' Kedua malaikat bertanya,'Apa pengetahuanmu?' Dia menjawab,'Aku membaca kitab Allah, maka aku mengimani dan membenarkannya.' Tiba-tiba ada seorang penyeru dari langit, 'Benarlah hamba-Ku. Maka hamparkanlah untuknya.sebagian dari hamparan surga dan kenakanlah kepadanya sebagian pakaian surga serta bukakanlah baginya sebuah pintu dari surga.’’

Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Maka didatangkanlah kepadanya ruh dan kebaikannya. Allah melapangkan kuburan itu baginya seluas mata memandang. Kemudian datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah tampan, berpakaian bagus, dan berbau harum, lalu bertanya, 'Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu.' Mayat orang mukmin berkata, 'Siapakah kamu? Wajahmu merupakan wajah yang datang untuk membawa kebaikan.' Orang itu menjawab, 'Aku adalah amal salehmu.' Mayat orang mukmin berkata, 'Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku’’.

Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Sedangkan apabila seorang hamba yang kafir meninggalkan dunia dan menuju akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah hitam. Mereka membawa tenunan kasar dan duduk di dekatnya sambil mengawasinya. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata, 'Hai ruh yang buruk, keluarlah untuk menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah.' Nabi bersabda, 'Maka ruh meninggalkan jasadnya. Malaikat maut mencabut ruh seperti menarik tusuk besi dari daging basah. Malaikat maut mencabutnya. Setelah dia mencabutnya, dia tidak membiarkan di tangannya sekejap pun sehingga ruh itu disimpan di dalam tenunan kasar. Maka keluarlah darinya bau yang lebih busuk dari bangkai terbau yang ada muka bumi. Para malaikat membawanya naik. Tidaklah mereka melintasi suatu kelompok malaikat melainkan mereka berkata, Bau busuk apakah ini?' Mereka menjawab, 'Ini bau busuk si fulan bin fulan.' Mereka memanggilnya dengan nama terburuk yang dahulu digunakan di muka bumi. Mereka sampai di langit dunia seraya meminta dibukakan pintu untuknya. Namun pintu itu tidak dibukakan untuknya. Lalu Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam membaca ayat [artinya], 'Tidak dibukakan baginya pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga hingga unta masuk ke dalam lubang jarum.' Maka Allah Ta'ala berfirman [artinya], 'Tuliskanlah baginya tempat di dasar bumi yang terendah.' Kemudian malaikat melemparkan ruh itu dengan keji. Lalu Rasulullah membaca ayat [artinya], 'Adapun orang yang menyekutukan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar burung atau dia dihempaskan oleh angin ke tempat yang jauh.'

Kemudian ruh itu kembali ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat seraya mendudukkannya dan berkata, 'Siapakah Tuhanmu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Kedua malaikat itu bertanya, 'Apa agamamu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Kedua malaikat bertanya,'Siapakah orang yang diutus kepadamu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Tiba-tiba ada seorang penyeru dari langit, 'Hamba-Ku berbohong. Maka hamparkanlah untuknya sebagian dari hamparan neraka dan bukakanlah baginya sebuah pintu dari pintu neraka. Lalu datanglah kepadanya panas dan racun api neraka. Allah menyempitkan kuburan itu baginya hingga tulang rusuknya berceceran. Kemudian datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah buruk, berpakaian buruk, dan berbau busuk, lalu berkata, 'Bergembiralah dengan apa yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu.' Mayat orang kafir berkata, 'Siapakah kamu? Wajahmu merupakan wajah yang datang untuk membawa keburukan.' Orang itu menjawab, 'Aku adalah amal burukmu.' Mayat orang kafir berkata, 'Ya Tuhanku, janganlah Engkau menyegerakan kiamat.' Hadits ini pun diriwayatkan dari Abu Daud dari hadits al-Amasy, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah dari hadits al-Manhal bin Amr.

Imam Abd bin Humaid rahimahullah ta'ala meriwayatkan di dalam musnadnya dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, 'Apabila seorang hamba diletakkan di dalam kuburnya, ditinggalkan oleb para sababatnya dan dia dapat mendengar suara sandal mereka, maka datanglah dua malaikat lalu mendudukkannya seraya bertanya, 'Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?' Nabi bersabda, Jika mayat itu orang mukmin, maka dia menjawab, 'Aku bersaksi babwa dia adalah hamba dan Rasul Allah.'Dikatakan kepada hamba itu, 'Lihatlah tempatmu di neraka dan Allah telah menggantinya dengan tempat di surga.' Kemudian Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Lalu orang itu melibat kedua tempat itu. '

Qatadah menceritakan: telah diceritakan kepada kami bahwa Allah akan melapangkan kuburan bagi seorang mukmin seluas 70 hasta dan memenuhinya dengan kelembutan hingga hari kiamat. Hadits itu pun diriwayatkan oleh Muslim dari Abd bin Humaid dan dikemukakan oleh an-Nasa'i dari hadits Yunus. bin Muhammad al-Mu'dib.

Jarir menwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda, Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya mayat masih dapat mendengar suara sandalmu tatkala kamu meninggalkannya. Jika dia orang yang beriman, maka shalat berada di dekat kepalanya, zakat di sebelah kananya, shaum di sebelah kirinya, dan aneka amal kebaikan seperti sedekah, silaturahmi, kemakrufan, dan ihsan kepada manusia berada di dekat kedua kakinya. Kemudian didatangkan malaikat dari arah kepalanya, maka shalat berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kanannya, maka zakat berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kirinya, maka shaum berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kakinya, maka aneka amal kebaikan berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kernudian dikatakan kepada mayat, 'Duduklah.' Mayat pun duduk. Saat itu, matahari tampak olehnya sudah menjelang terbenam. Mayat itu ditanya, 'Jawablah hat-hal yang hendak kami tanyakan kepadamu.' Mayat berkata,'Beri aku waktu untuk shalat.' Malaikat berkata, 'Kamu akan mengerjakannya nanti. Sekarang jawab dulu hal-hal yang akan kami tanyakan kepadamu.' Mayat bertanya, 'Masalah apakah yang hendak kau tanyakan?' Maka dikatakan, 'Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang ada di tengah-tengahmu dahulu, apa pendapatmu dan apa kesaksianmu terhadapnya?' Mayat berkata, 'Maksudmu Muhammad?' Malaikat berkata,'Benar.' Mayat berkata, 'Aku bersaksi bahwa dia merupakan rasul Allah. Sesungguhnva dia datang kepada kami dengan membawa aneka penjelasan dari sisi Allah, maka kami membenarkannya.' Maka dikatakan kepada mayat, 'Di atas pandangan itulah kamu hidup, mati, dan dibangkitkan. Insya Allah.' Kemudian dilapangkanlah kuburannya seluas 70 hasta dan diterangi. Dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan, 'Lihatlah apa yang dijanjikan oleh Allah untukmu di surga.' Maka semakin bertambahlah keinginan dan kegembiraannya. Kemudian jiwanya ditempatkan dalam tubuh yang baik, yaitu berupa burung hijau yang bergantung di pohon surga. Kemudian jasad dikembalikan kepada asal ciptaannya, yaitu tanah. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Ta'ala [artinya], ''Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh di dalam kehidupan dunia dan di akhirat''. Hadits itu pun diriwayatkan oleh Ibnu Hibban.

Sehubungan dengan ayat ini al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa, sesungguhnya jika seorang mukmin meninggal, maka para malaikat mengunjunginya, memberinya salam, dan menghiburnya dengan surga serta diceritakan pula ihwalnya seperti telah dikemukakan dalam hadits di atas. Kemudian Ibnu Abbas berkata bahwa, adapun terhadap mayat orang kafir, maka malaikat turun sambil memukulkan sayapnya. Allah berfirman [artinya], ''Mereka memukul wajah dan bagian belakang mereka ketika mati''. Apabila dia masuk ke dalam kubur, maka didudukkan, lalu ditanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Maka dia tidak ingat apa-apa dan dibuat lupa oleh Allah akan hal itu. Jika ditanya, 'Siapakah rasul yang diutus kepadamu?' Maka dia tidak memperoleh jawaban dan tak ingat apa pun. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki’‘

Diambil dari Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier, Syaikh Muhammad Ar-Rifa'i
- 29 Mei 2009

Sumber :
http://www.perpustakaan-islam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=109:perihal-pertanyaan-kubur-oleh-malaikat&catid=36:tafsir

23 September 2009

Bekal Kubur

Bekal Kubur


Ada dialog yang cukup menggugah dan terjadi pada masa 'Amr Ibn Al-'Ash.
Di siang hari, saat sedang istirahat, datanglah putra 'Amr Ibn Al-'Ash
berkata kepadanya, "Wahai Ayahku, terangkanlah kepadaku tentang
kematian. Sebab, engkaulah orang yang paling tepat bagiku untuk
menerangkan masalah itu." 'Amru Ibn Al-'Ash merasa senang bercampur
takut. Senang, karena anaknya mampu menjadikan dirinya bukan hanya
sekedar ayah, tapi juga tempat bertanya dan berkeluh kesah. Takut,
karena pertanyaan yang diajukan anaknya adalah pertanyaan yang cukup
berat untuk dijelaskan. Sebab, tak ada seorang pun yang berani
mengilustrasikan beratnya kematian itu. Dengan santai dan penuh
kehati-hatian, 'Amr Ibn Al-'Ash menjawab, "Wahai anakku, Demi Allah,
sungguh kematian itu seperti gunung-gunung yang ada di dunia ini sedang
diletakkan di dadaku dan aku bernapas seperti bernapas dari lubang
jarum." Mendengar jawaban 'Amr Ibn Al-Ash, sepertinya kematian itu
cukup berat sekali. Seakan-akan tak sebanding dengan kehidupan yang
dijalani di dunia ini. Padahal, kehidupan dan kematian adalah pasangan
yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Namun, kematian yang dikatakan 'Amr
Ibn Al-'Ash itu adalah kondisi umum yang akan terjadi pada manusia yang
memiliki bekal kematian. Dan, jawaban itu bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadits Rasulullah. Di dalam surat Al-Hijr ayat 84, Allah SWT berfirman,
"Maka tak dapat menolong mereka apa yang mereka usahakan." Memahami
firman Allah tersebut, akan semakin membuat kita kian goyah dan kian
takut menghadapi kematian yang akan dialami nanti dan terasa cukup
berat sekali. Karena apa yang diusahakan di dunia ini akan sia-sia.
Harta banyak yang telah diusahakan tidak mampu membantu. Isteri cantik
yang dibanggakan selama ini tak bisa menolong. Anak yang pintar tak
bisa membantu saat kematian menghampiri. Nyaris kondisi kita seperti
apa yang dikatakan Rasulullah dalam haditsnya. Rasulullah SAW bersabda,
"Tiada lain kondisi mayat di dalam kuburnya kecuali seperti orang
tenggelam yang mencari pertolongan." Maka tepat apa yang dikatakan Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA tentang kematian, "Siapa yang masuk kubur tanpa
bekal, seperti halnya melintasi laut tanpa perahu." Hanya kalimat
hauqalah yang bisa kita ucapkan mendengar komentar Umar bin Khattab
tentang kematian. La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Lalu, bekal apa
yang harus dicari agar kita bisa bernapas sekalipun seperti bernapas di
lubang jarum? 'Aid Al-Qarni dalam bukunya Wa Ja'at Sakrat Al-Maut bi
Al-Haqq menyatakan paling tidak ada empat hal yang harus dilakukan umat
Muhammad agar memiliki bekal di dalam kubur. Pertama, sering menziarahi
kubur. Dengan ziarah kubur, akan mengingatkan kita bahwa suatu saat
kita akan merasakan seperti apa yang dirasakan si mayat di dalam kubur.
Dari salam yang diucapkan penziarah hingga pertanyaan yang diajukan
malaikat di dalam kubur. Dengan ziarah kubur, kita akan merenungkan
bahwa kematian telah memisahkan kita dari segalanya yang ada di dunia
ini dan mencampakkan kita ke dalam lubang yang gelap gulita. Tak ada
lagi isteri, anak, harta, dan pakaian yang dibanggakan. Kematian
menghapuskan semua itu dan memasukkan kita ke dalam lubang yang
mengerikan. Kedua, menziarahi orang shaleh. Dengan seringnya
mengunjungi orang shaleh dan mendengarkan nasehatnya, akan membuat kita
terasa tenang, sekalipun kematian itu berat. Karena bernafas bagaikan
dari lubang jarum yang dikatakan 'Amr Ibn Al-'Ash adalah gambaran umat
Muhammad yang memiliki bekal kematian. Orang shaleh yang paling baik
adalah orang-orang yang mengetauhi ilmu syari'at serta mendalami
Al-Qur'an dan Hadits Rasul. Karena mereka hidup selalu diiringi dengan
hujjah yang jelas dan memiliki firasat yang tajam dan akurat sebagai
rahmat dan anugerah dari Allah untuk mereka. Bahkan Rasullullah sangat
menganjurkan untuk berteman dengan orang shaleh yang berilmu dan
mengamalkan ilmunya. Rasulullah SAW bersabda, "Bertemanlah kalian
dengan ulama dan dengarkanlah perkataan hukama' (ahli hikmah). Karena
Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana
menghidupkan tanah gersang dengan hujan." Bukan hanya itu, Allah SWT
juga berfirman tentang pentingnya berteman dengan orang shaleh dalam
surat Az-Zukhruf ayat 67, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagian
menjadi musuh bagi sebagian lain kecuali orang-orang yang bertakwa."
Ketiga, membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang
terdapat di dalamnya penjelasan tentang kematian, bekal yang dibawa,
dan kehidupan yang akan dirasakan di dalam kubur. Dengan aktif membaca
Al-Qur'an, seorang muslim menghadapi kematian tidak lagi dalam kondisi
penuh ketakutan. Ia masih mampu bernafas, meskipun seperti kata 'Amr
Ibn Al-'Ash seolah-olah bernafas dari lubang jarum. Karena Rasulullah
SAW menceritakan bahwa orang yang rajin membaca Al-Qur'an akan
mendapatkan syafa'at dari Al-Qur'an itu sendiri. Rasulullah SAW
bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang kepada
para pembacanya kelak di hari kiamat dengan membawa syafa'at." Bukan
hanya itu saja, Rasulullah SAW juga mengkategorikan orang yang aktif
membaca Al-Qur'an sebagai umat terbaiknya. Rasulullah SAW berkata,
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan
mengajarkannya." Subhanallah, begitu mulia kedudukan pembaca Al-Qur'an.
Dengan membaca Al-Qur'an, bekal yang dibawa sudah apik, apalagi jika
Al-Qur'an telah tertanam dalam hati seorang hamba, maka ia akan
memberikan pengaruh dan manfaat yang sangat luar biasa bagi hamba
tersebut. Keempat, mengurangi cita-cita yang bersifat dunia. Artinya,
cobalah untuk tidak takluk dengan dunia. Jadikan dunia dan isinya hanya
sebagai kendaraan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Karena dunia
bukanlah tempat terakhir bagi kita. Masih ada tempat pertanggungjawaban
yang melahirkan vonis apakah kita masuk penduduk yang merasakan
nikmatnya jamuan-jamuan surga ataukah kita masuk penduduk yang harus
berdomisili dulu di tempat pembalasan atas perbuatan keji kita di dunia
dulu. Maka Rasulullah SAW selalu menasehati para sahabat dengan
mengatakan, "Hiduplah di dunia ini bagaikan seorang pengembara."
Sehingga, pesan Ibnu Umar layak untuk diingat, "Jika engkau sedang
berada pada hari ini, maka janganlah engkau tunda-tunda sampai hari
esok. Jika engkau sedang berada pada waktu sore, maka janganlah engkau
tunda-tunda hingga pagi hari. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang
sakitmu dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu." Karena itu,
marilah bertobat dan aktif berbuat baik. Tidaklah ada persiapan diri
untuk menghadapi kematian yang lebih baik kecuali dengan menyegerakan
diri bertobat dan senantiasa memperbaharui tobat dari hari ke hari.
"Setiap yang berjiwa, pasti akan merasakan mati." (QS. Ali Imran :
185). Demikianlah Allah menegaskan tentang keberadaan kematian. Maka
Sabda Rasulullah SAW, "Perbanyaklah olehmu mengingat si pencabut semua
kesenangan." Kematian dikatakan sebagai si pencabut nyawa karena ia
memisahkan seseorang dari apa pun dan siapa pun yang dicintainya dan
akan ditempatkan ke dalam lubang yang gelap gulita. Semoga dengan
bekal-bekal yang dijelaskan di atas, kematian dan gelapnya kubur tidak
lagi menjadi hal yang begitu mengerikan sekali. Aamiin. - 24 Februari
2009

Sumber
: Rahmat Hidayat Nasution
http://kotasantri.com/index.php/pelangi/baca/48 9 September 2009 Sumber
Gambar: http://www.mizan.com/bookimages/m-mengenali_alam_kubur.jpg


KEDAHSYATAN SIKSAAN DIALAM KUBUR

ini boss Video nya :






Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Albaraa' bin Aazib r.a. berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad s.a.w keluar menghantar jenazah seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai kekubur dan belum dimasukkan dalam lahad, Nabi Muhammad s.a.w duduk dan kami duduk disekitarnya diam menundukkan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Nabi Muhammad s.a.w mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksaan kubur.". Nabi Muhammad s.a.w mengulangi sebanyak 3 kali." Lalu Nabi Muhammad s.a.w bersabda:

"Sesungguhnya seorang mukmin jika akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat (akan mati), turun padanya malaikat yang putih-putih wajahnya bagaikan matahari, membawa kafan dari syurga, maka duduk didepannya sejauh pandangan mata mengelilinginya, kemudian datang malaikulmaut dan duduk didekat kepalanya dan memanggil: "Wahai roh yang tenang baik, keluarlah menuju pengampunan Allah dan ridhaNya."

Nabi Muhammad s.a.w bersabda lagi: "Maka keluarlah rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi tempat air, maka langsung diterima dan langsung dimasukkan dalam kafan dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum diatasbumi, lalu dibawa naik, maka tidak melalui rombongan malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang harum ini?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan sehingga sampai kelangit, dan disana dibukakan pintu langit dan disambut oleh penduduknya dan pada tiap-tiap langit dihantar oleh Malaikat Muqarrbun, dibawa naik kelangit yang atas hingga sampai kelangit ketujuh, maka Allah berfirman: "Catatlah suratnya di illiyyin. Kemudian dikembalikan ia kebumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan didalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada saatnya." Maka kembalilah roh kejasad dalam kubur, kemudian datang kepadanya dua Malaikat untuk bertanya: "Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: Allah Tuhanku. Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Agamaku Islam" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu?" Dijawab: "Dia utusan Allah". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya membaca kitab Allah lalu percaya dan membenarkannya" Maka terdengar suara: "Benar hambaku, maka berikan padanya hamparan dari syurga serta pakaian syurga dan bukakan untuknya pintu yang menuju kesyurga, supaya ia mendapat bau syurga dan hawa syurga, lalu luaskan kuburnya sepanjang pandangan mata." Kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya sambil berkata: "Terimalah khabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Lalu bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Saya amalmu yang baik." Lalu ia berkata: Ya Tuhan, segerakan hari kiamat supaya segera saya bertemu dengan keluargaku dan kawan-kawanku."

Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan menghadapi akihirat, maka turun kepadanya Malaikat dari langit yang hitam mukanya dengan pakaian hitam, lalu duduk dimukanya sepanjang pandangan mata, kemudian datang Malaikulmaut dan duduk disamping kepalanya lalu berkata: "Hai roh yang jahat, keluarlah menuju murka Allah." Maka tersebar disemua anggota badannya, maka dicabut rohnya bagaikan mencabut besi dari bulu yang basah, maka terputus semua urat dan ototnya, lalu diterima akan dimasukkan dalam kain hitam, dan dibawa dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai, dan dibawa naik, maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang jahat dan busuk itu?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan." dengan sebutan yang amat jelek sehingga sampai dilangit dunia, maka minta dibuka, tetapi tidak dibuka untuknya. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w membaca ayat: "Laa tufattahu lahum abwabus samaa'i, wala yad khuluunal jannata hatta yalijal jamalu fisamil khiyaath." (Yang Bermaksud) "Tidak dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk syurga sehingga unta dapat masuk dalam lubang jarum."

Kemudian diperintahkan: "Tulislah orang itu dalam sijjin." Kemudian dilemparkan rohnya itu bagitu sahaja sebagaimana ayat "Waman yusyrik billahi fakaan nama khorro minassama'i fatakh thofuhuth thairu au tahwi bihirrihu fimakaanin sahiiq." (Yang bermaksud) "Dan siapa mempersekutukan Allah, maka bagaikan jatuh dari langit lalu disambar helang atau dilemparkan oleh angin kedalam jurang yang curam."

Kemudian dikembalikan roh itu kedalam jasad didlam kubur, lalu didatangi oleh dua Malaikat yang mendudukkannya lalu bertanya: ""Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu?" Dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Maka terdengar suara seruan dari langit: "Dusta hambaku, hamparkan untuknya dari neraka dan bukakan baginya pintu neraka, maka terasa olehnya panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rosak tulang-tulang rusuknya, kemudian datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan busuk baunya sambil berkata: "Sambutlah hari yang sangat jelek bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu." Lalu ia bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Aku amalmu yang jelek." Lalu ia berkata: "Ya tuhan, jangan percepatkan kiamat, ya Tuhan jangan percepatkan kiamat."

Abul-Laits dengan sanadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Seorang mukmin jika sakaratulmaut didatangi oleh Malaikat dengan membawa sutera yang berisi masik (kasturi) dan tangkai-tangkai bunga, lalu dicabut rohnya bagaikan mengambil rambut didalam adunan sambil dipanggil: "Ya ayyatuhannafsul muth ma'innatur ji'i ila robbiki rodhiyatan mardhiyah." (Yang bermaksud) "Hai roh yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan rela dan diridhoi. Kembalilah dengan rahmat dan keridhoan Allah." Maka jika telah keluar rohnya langsung ditaruh diatas misik dan bunga-bunga itu lalu dilipat dengan sutera dan dibawa keilliyyin. Adapun orang kafir jika sakaratulmaut didatangi oelh Malaikat yang membawa kain bulu yang didalamnya ada api, maka dicabut rohnya dengan kekerasan sambil dikatakan kepadanya: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Tuhammu ketempat yang rendah hina dan siksaNya, maka bila telah keluar rohnya itu, diletakkan diatas api dan bersuara seperti sesuatu yang mendidih kemudian dilipat dan dibawa kesijjin."

Alfaqih Abu Ja'far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: "Seorang mukmin jika diletakkan dikubur maka diperluaskan kuburnya itu hingga 70 hasta dan ditaburkan padanya bunga-bunga dan dihamparkan sutera, dan bila ia hafal sedikit dari al-quran sukup untuk penerangannya jika tidak maka Allah s.w.t. memberikan kepadanya nur cahaya penerangan yang menyerupai penerangan matahari, dan didalam kubur bagaikan pengantin baru, jika tidur maka tidak ada yang berani membangunkan kecuali kekasihnya sendiri, maka ia bangun dari tidur itu bagaikan masih kurang masa tidurnya dan belum puas. Adapun orang kafir maka akan dipersempit kuburnya sehingga menghancurkan tulang rusuknya dan masuk kedalam perutnya lalu dikirimkan kepadanya ular segemuk leher unta, maka makan dagingnya sehingga habis dan sisa tulang semata-mata, lalu dikirim kepadanya Malaikat yang akan menyiksa iaitu yang buta tuli dan bisu dengan membawa puntung dari besi yang langsung dipukulkannya, sedang Malaikat itu tidak mendengar suara jeritannya dan tidak melihat keadaannya supaya tidak dikasihaninya, selain itu lalu dihidangkan siksa neraka itu tiap pagi dan petang."

Abu-Laits berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus menlazimi empat dan meninggalkan empat iaitu:
1. Menjaga sembahyang lima waktu
2. Banyak bersedekah
3. Banyak membaca al-quran

Memperbanyak bertasbih (membaca: Subhanallah walhamdulillah wal'aa ilaha illallah wallahu akbar, walahaula wala quwata illa billah)
Semua yang empat ini dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat yang harus ditinggalkan ialah:
1. Dusta
2. Kianat
3. Adu Domba

Menjaga kencing, sebab Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Bersih-bersihlah kamu daripada kencing, sebab umumnya siksa kubur itu kerana kencing. (Yakni hendaklah dicuci kemaluan sebersih-bersihnya.)

Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Innallahha ta'ala kariha lakum arba'a: Al'abatsu fishsholaati, wallagh wu filqira'ati, warrafatsu fisshiyami, wadhdhahiku indal maqaabiri. (Yang bermaksud) Sesungguhnya Allah tidak suka padamu empat, main-main dalam sembahyang dan lahgu (tidak hirau), dalam bacaan quran dan berkata keji waktu puasa dan tertawa didalam kubur."

Muhammad bin Assammaak ketika melihat kubur berkata: "Kamu jangan tertipu kerana tenangnya dan diamnya kubur-kubur ini, maka alangkah banyaknya orang yang sudah bingung didalamnya, dan jangan tertipu kerana ratanya kubur ini, maka alangkah jauh berbeza antara yang satu pada yang lain didalamnya. Maka seharusnya orang yang berakal memperbanyak ingat pada kubur sebelum masuk kedalamnya."

Sufyan Atstsauri berkata: "Siapa yang sering (banyak) memperingati kubur, maka akan mendapatkannya kebun dari kebun-kebun syurga, dan siapa yang melupakannya maka akan mendapatkannya jurang dari jurang-jurang api neraka."

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata dalam khutbahnya: "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kamu dari maut yang tidak dapat dihindari, jika kamu berada ditempat, ia datang mengambil kamu, dan bila kamu lari pasti akan terpegang juga, maut terikat selalu diubun-ubunmu, maka carilah jalan selamat, carilah jalan selamat dan segera-segera, sebab dibelakangmu ada yang mengejar kamu yaitu kubur, ingatlah bahawa kubur itu adakalanya kebun dari kebun-kebun syurga atau jurang dari jurang-jurang neraka dan kubur itu tiap-tiap hari berkata-kata: Akulah rumah yang gelap, akulah tempat sendirian, akulah rumah ulat-ulat."

Ingatlah sesudah itu ada hari (saat) yang lebih ngeri, hari dimana anak kecil segera beruban dan orang tua bagaikan orang mabuk, bahkan ibu yang meneteki lupa terhadap bayinya dan wanita yang bunting menggugurkan kandungannya dan kau akan melihat orang-orang bagaikan orang mabuk tetapi tidak mabuk khamar, hanya siksa Allah s.w.t. yang sangat ngeri dan dahsyat.

Ingatlah bahawa sesudah itu ada api neraka yang sangat panas dan suram dalam, perhiasannya besi dan sirnya darah bercampur nanah, tidak ada rahmat Allah s.w.t. disana. Maka kaum muslimin yang menangis. lalu ia berkata: "Dan disamping itu ada syurga yang luasnya selebar langit dan bumi, tersedia untuk orang-orang yang takwa. Semoga Allah s.w.t. melindungi kami dari siksa yang pedih dan menempatkan kami dalam darunna'iem (Syurga yang serba kenikmatan).

Usaid bin Abdirrahman berkata: "Saya telah mendapat keterangan bahawa seorang mukmin jika mati dan diangkat, ia berkata: "Segerakan aku.", dan bila telah dimasukkan dalam lahad (kubur), bumi berkata kepadanya: "Aku kasih padamu ketika diatas punggungku, dan kini lebih sayang kepadamu." Dan bila orang kafir mati lalu diangkat mayatnya, ia berkata: "Kembalikan aku." dan bila diletakkan didalam lahadnya, bumi berkata: "Aku sangat benci kepadamu ketika kau diatas punggungku, dan kini aku lebih benci lagi kepadamu."

Usman bin Affan r.a. ketika berhenti diatas kubur, ia menangis, maka ditegur: "Engkau jika menyebut syurga dan neraka tidak menangis, tetapi kau menangis kerana kubur?" Jawabnya: "Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Alqabru awwalu manazilil akhirah, fa in naja minhu fama ba'dahu aisaru minhu, wa in lam yanju minhu fama ba'dahu asyaddu minhu." (Yang bermaksud)"Kubur itu pertama tempat yang menuju akhirat, maka bila selamat dalam kubur, maka yang dibelakangnya lebih ringan, dan jika tidak selamat dalam kubur maka yang dibelakangnya lebih berat daripadanya."

Abdul-Hamid bin Mahmud Almughuli berkata: "Ketika aku duduk bersama Ibn Abbas r.a., tiba-tiba datang kepadanya beberapa orang dan berkata: "Kami rombongan haji dan bersama kami ini ada seorang yang ketika sampai didaerah Dzatishshahifah, tiba-tiba ia mati, maka kami siapkan segala keperluannya, dan ketika menggali kubur untuknya, tiba-tiba ada ular sebesar lahad, maka kami tinggalkan dan menggali lain tempat juga ada ular, maka kami biarkan dan kami menggali lain tempat juga kami dapatkan ular, maka kami biarkan dan kini kami bertanya kepadamu, bagaimanakah harus kami perbuat tehadap mayat itu?" Jawab Ibn Abbas r.a.: "Itu dari amal perbuatannya sendiri, lebih baik kamu kubur sajan demi Allah andaikan kamu galikan bumi ini semua niscaya akan kamu dapat ular didalamnya." Maka mereka kembali dan menguburkan mayat itu didalam salah satu kubur yang sudah digali itu dan ketika mereka kembali kedaerahnya mereka pergi kekeluarganya untuk mengembalikan barang-barangnya sambil bertanya kepada isterinya apakah amal perbuatan yang dilakukan oelh suaminya? Jawab isterinya: "Dia biasa menjual gandum dalam karung, lalu dia mengambil sekadar untuk makanannya sehari, dan menaruh tangkai-tangkai gandum itu kedalam karung seberat apa yang diambilnya itu."

Abul-Laits berkata: "Berita ini menunjukkan bahawa kianat itu salah satu sebab siksaan kubur dan apa yang mereka lihat itu sebagai peringatan jangan sampai kianat."

Ada keterangan bahawa bumi ini tiap hari berseru sampai lima kali dengan berkata : Hai anak Adam, anda berjalan diatas punggungku dan kembalimu didalam perutku.

Hai anak Adam, anda makan berbagai macam diatas punggungku dan anda akan dimakan ulat didalam perutku.

Hai anak Adam, anda tertawa diatas punggungku, dan akan menangis didalam perutku.

Hai anak Adam, anda bergembira diatas punggungku dan akan berduka didalam perutku.

Hai anak Adam, anda berbuat dosa diatas punggungku, maka akan tersiksa didalam perutku.

Amr bin Dinar berkata: "Ada seorang penduduk kota Madinah yang mempunyai saudara perempuan dihujung kota, maka sakitlah saudaranya itu kemudian mati, maka setelah diselesaikan persiapannya dibawa kekubur, kemudian setelah selesai menguburkan dan kembali pulang kerumah, ia teringat pada kantongan yang dibawa dan tertinggal dalam kubur, maka ia minta bantuan orang untuk menggali kubur itu kembali, dan sesudah digali kubur itu maka bertemulah dia akan kantongannya itu, ia berkata kepada orang yang membantunya itu: "Tolong aku ketepi sebentar sebab aku ingin mengetahui bagaimana keadaan saudaraku ini." Maka dibuka sedikit lahadnya, tiba-tiba dilihatnya kubur itu menyala api, maka segera ia meratakan kubur itu dan kembali kepada ibunya lalu bertanya: "Bagaimanakah kelakuan saudaraku dahulu itu?" Ibunya berkata: "Mengapa kau menanyakan kelakuan saudaramu, padahal ia telah mati?" Anaknya tetap meminta supaya diberitahu tentang amal perbuatan saudaranya itu, lalu diberitahu bahawa saudaranya itu biasanya mengakhirkan sembahyang dari waktunya, juga cuai dalam kesucian dan diwaktu malam sering mengintai rumah-rumah tetangga untuk mendengar perbualan mereka lalu disampaikan kepada orang lain sehingga mengadu domba antara mereka, dan itulah sebabnya siksa kubur. Kerana itu siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur haruslah menjauhkan diri dari sifat namimah (adu domba diantara tetangga dan orang lain) supaya selamat dari siksaan kubur dan mudah baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar Nakier.

Alabarra' bin Aazib r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Seorang mukmin jika ditanya dalam kubur, maka ia langsung membaca Asyhadu an laa ilaha illallah wa anna Muhammad abduhu warasuluhu, maka itulah yang tersebut dalam firman Allah: Yutsabbitullahul ladzina aamanu bil qaulits tsabiti filhayatiddun ya wafil akhirah (Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan khalimah yang teguh dimana hidup didunia dan diakhirat (yakni khalimah laa ilaha illallah, Muhammad Rasullullah).

Dan ketetapan itu terjadi dalam tiga masa iaitu:

1. Ketika melihat Malakulmaut
2. Ketika menghadapi pertanyaan Mungkar Nakier
3. Ketika menghadapi hisab dihari kiamat

Dan ketetapan ketika melihat Malaikulmaut dalam tiga hal iaitu:

Terpelihara dari kekafiran, dan mendapat taufiq dan istiqamah dalam tauhid sehingga keluar rohnya dalam Islam

Diberi selamat oleh Malaikat bahawa ia mendapat rahmat

Melihat tempatnya disyurga sehingga kubur menjadi salah satu kebun syurga.

Adapun ketetapan ketika hisab juga dalam tiga perkara iaitu:

Allah s.wt. memberinya ilham sehingga dapat menjawab segala pertanyaan dengan benar Mudah dan ringan hisabnya diampunkan segala dosanya.

Ada juga yang mengatakan bahawa ketetapan itu dalam empat masa iaitu:
1.Ketika mati
2.Didalam kubur sehingga dapat menjawab pertanyaan tanpa gentar atau takut
3.Ketika hisab
4. Ketika berjalan diatas sirat sehingga berjalan bagaikan kecepatan kilat

Jika ditanya tentang soal kubur bagaimanakah bentuknya, maka ulama telah membicarakannya dalam berbagai pendapat. Sebahagiannya berkata pertanyaan itu hanya kepada roh tanpa jasad dan disaat itu roh masuk kedalam jasad hanya sampai didada. Ada pendapat berkata bahawa rohnyanya diantara jasad dan kafan dan sebaiknya seorang mempercayai adanya pertanyaan dalam kubur tanpa menanyakan dan sibuk dengan caranya. Dan kita sendiri akan mengetahui bila sampai disana, maka bila ada orang menolak adanya soal Mungkar Nakier dalam kubur, maka penolakannya dari dua jalan iaitu:

Mereka berkata: "Ia tidak mungkin menurut perkiraan akal, sebab menyalahi kebiasaan tabiat alam." atau mereka berkata: "Tidak ada dalil yang menguatkan."

Pendapat pertama bahawa ia tidak mungkin dalam akal kerana menyalahi kebiasaa tabiat alam. Pendapat ini bererti menidakkan kenabian dan mukjizat, sebab para Nabi itu semuanya dari manusia biasa dan tabiatnya mereka sama, tetapi mereka telah dapat bertemu dengan Malaikat dan menerima wahyu, bahkan laut telah terbelah untuk Nabi Musa a.s., demikian pula tongkatnya menjadi ular, semua kejadian itu menyalahi tabiat alam, maka orang yang menolak semua itu bererti keluar dari Islam. Jika ia berkata: "Tidak ada dalil.", maka hadis-hadis yang diterangkan sudah cukup untuk menjadi alasan bagi orang yang akan mahu terima.

Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Wa man a'rodho an dzikri fa inna lahu ma'i syatan dhanka wanah syuruhu yaumal qiyaamati a'ma. (Yang bermaksud) "Dan siapa yang mengabaikan peringatanKu (ajaranKu) maka ia akan merasakan kehidupan yang sukar (kehidupan sukar ini ketika menghadapi pertanyaan dalam kubur)."

Demikian pula ayat: "Yu tsabbitulladzina aamanu bil qoulaits tsabiti filhayatiddunia wafil akhirati. (Yang bermaksud) "Allah akan menetapkan hati orang-orang mukmin dengan khalimah yang teguh didunia dan diakhirat."

Abu-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Saad bin Almusayyab dari Umar r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Jika seorang mukmin telah masuk kedalam kubur, maka didatangi oleh dua Malaikat yang menguji dalam kubur, lalu mendudukkannya dan menanyainya, sedang ia mendengar suara derap sandal sepatu mereka ketika kembali, lalu ditanya oleh kedua Malaikat itu: Siapa Tuhammu, dan apakah agamamu, dan siapa Nabimu, lalu dijawab: Allah tuhanku, dan agamaku Islam dan Nabiku Nabi Muhammad s.a.w. Lalu Malaikat itu berkata: Allah yang menetapkan kau dalam khalimah itu, tidurlah dengan tenang hati. Itulah ertinya Allah menetapkan mereka dalam khalimah hak. Adapun orang kafir zalim maka Allah menyesatkan mereka dengan tidak memberi petunjuk taufiq pada mereka, sehingga ketika ditanya oleh Malaikat: Siapa Tuhanmu, apa agamamu dan siapa Nabimu, maka jawab orang kafir atau munafiq: Tidak tahu. Maka oleh Malaikat dikatakan: Tidak tahu, maka langsung dipukul sehingga jeritan suaranya terdengar semua yang dialam kecuali manusia dan jin. (Dan andaikan didengar oleh manusia pasti pingsan)

Abu Hazim dari Ibn Umar r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda kepada Umar r.a : "Bagaimanakah kau hai Umar jika didatangi oleh kedua Malikat yang akan mengujimu didalam kubur iaitu Mungkar Nakier hitam keduanya kebiru-biruan siung keduanya mengguriskan bumi, sedang rambut keudanya sampai ketanah dan suara keduanya bagaikan petir yang dahsyat, dan matanya bagaikan kilat yang menyambar?" Umar bertanya: "Ya Rasullullah, apakah ketika itu aku cukup sedar sebagaimana keadaanku sekarang ini?" Nabi Muhammad s.a.w menjawab: "Ya." Umar berkata: "jika sedemikian maka saya selesaikan keduanya dengan izin Allah s.w.t.. Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "sesungguhnya Umar seorang yang mendapat taufiq."

Abul-Laits berkata: "saya telah diberitahu oleh Abul-Qasim bin Abdurrahman bin Muhammad Asysyabadzi dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Tiada seorang yang mati melainkan ia mendengkur yang didengari oleh semua binatang kecuali manusia, dan andaikata ia mendengar pasti pingsan, dan bila dihantar kekubur, maka jika solih (baik) berkata: "Segerakanlah aku, andaikan kamu mengetahui apa yang didepanku daripada kebaikan, nescaya kamu akan menyegerakan aku. Dan bila ia tidak baik maka berkata: "Jangan keburu, andaikata kamu mengtahui apa yang didepan aku daripada bahaya, nescaya kamu tidak akan keburu. Kemudian jika telah ditanam dalam kubur, didatangi oleh dua Malaikat yang hitam kebiru-biruan datang dari arah kepalanya, maka ditolak oleh sembahyangnya: Tidak boleh datang dari arahku sebab adakalanya ia semalaman tidak tidur kerana takut dari saat yang seperti ini, lalu datang dari bawah kakinya, maka ditolak oleh baktinya pada kedua orang tuanya: Jangan datang dari arahku, kerana ia biasa berjalan tegak kerana ia takut dari saat seperti ini, lalu datang dari arah kanannya, maka ditolak oleh sedekahnya: Tidak boleh datang dari arahku, kerana ia pernah sedekah kerana ia takut dari saat seperti ini, lalu ia datang dari kirinya maka ditolak oleh puasanya: Jangan datang dari arahku, kerana ia biasa lapar dan haus kerana takut saat seperti ini, lalu ia dibangunkan bagaikan dibangunkan dari tidur, lalu ia bertanya: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang membawa ajaran kepadamu itu? Ia tanya: Siapakah itu? Dijawab: Muhammad s.a.w? Maka dijawab: Saya bersaksikan bahawa ia utusan Allah. Lalu berkata kedua Malaikat: Engkau hidup sebagai seorang mukmin, dan mati juga mukmin. Lalu diluaskan kuburnya, dan dibukakan baginya segala kehormatan yang dikurniakan Allah kepadanya. Semoga Allah memberi kita taufiq dan dipelihara serta dihindarkan dari hawa nafsu yang menyesatkan, dan menyelamatkan kami dari siksa kubur kerana Nabi Muhammad s.a.w juga berlindung kepada Allah dari siksa kubur."

A'isyah r.a. berkata: "Saya dahulunya tidak mengetahui adanya siksa kubur sehingga datang kepadaku seorang wanita Yyahudi, minta-minta dan sesudah saya beri ia berkata: "Semoga Allah melindungi kamu dari siksa kubur. Maka saya kira keterangannya itu termasuk tipuan kaum Yahudi, lalu saya ceritakan kepada Nabi Muhammad s.a.w maka Nabi Muhammad s.a.w memberitahu kepadaku bahawa siksa kubur itu hak benar, maka seharusnya seorang muslim berlindung kepada Allah s.w.t. dari siksa kubur, dan bersiap sedia untuk menghadapi kubur dengan amal yang soleh, sebab selama ia masih hidup maka Allah s.w.t. telah memudahkan baginya segala amal soleh. Sebaliknya bila ia telah masuk kedalam kubur, maka ia akan ingin kalau dapat diizinkan, sehingga ia sangat menyesal semata-mata, kerana itu seorang yang berakal harus berfikir dalam hal orang-orang yang telah mati, kerana orang-orang yang telah mati itu, mereka sangat ingin kalau dapat akan sembahyang dua rakaat, berzikir dengan tasbih, tahmid dan tahlil, sebagaimana ketika didunia, tetapi tidak diizinkan, lalu mereka hairan pada orang-orang yang masih hidup menghambur-hamburkan waktu dalam permainan dan kelalaian semata-mata. Saudaraku jagalah dan siap-siapkan harimu, sebab ia sebagai pokok kekayaanmu, maka mudah bagimu mendapatkan atau mencari untung laba, sebab kini dagangan akhirat agak sepi dan tidak laku, kerana itu rajin-rajinlah kau mengumpulkan sebanyak mungkin daripadanya, sebab akan tiba masa dagangan itu sangat berharga sebab pada saat itu ia berharga, maka kau tidak akan dapat mencari atau mencapainya. Kami mohon semoga Allah s.w.t. memberi taufiq untuk bersiap-siap menghadapi saat keperluan dan jangan sampai menjadikan kami dari golongan yang menyesal sehingga ingin kembali kedunia tetapi tidak diizinkan, juga semoga Allah s.w.t. memudahkan atas kami sakaratulmaut, dan kesukaran kubur, demikian pula pada semua kaum muslimin dan muslimat.

Aamin ya Robbal aalamin. Engkau arhamurrahimin, wahasbunallahu wani'mal wakiel, walahaula wala quwwata illa billahil aliyil adhiem."